Rabu, 30 Oktober 2013

Hormon Replacement Therapy


BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Wanita merupakan makhluk bio psiko sosio cultural dan spiritual yang unik. Wanita juga memiliki masa – masa dalam kehidupannya, antara lain; masa dalam kandungan, masa bayi, masa kanak- kanak, masa pubertas, dan masa menopause.
Proses penuaan yang dialami oleh wanita berlangsung semenjak lahir. Proses tersebut menimbulkan perubahan yang signifikan pada wanita, mulai dari fisik hingga mental. Perubahan tersebut membuat para wanita merasa tidak nyaman bahkan kawatir dalam menyikapi karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki. Gejala – gejala penuaan atau sering disebut dengan menopause tidak menyebabkan kematian. Menopause hanya merupakan tanda berakhirnya masa reproduksi wanita atau disfungsi organ reproduksi wanita. Disfungsi organ reproduksi tersebut mengakibatkan terganggunya produksi hormone bagi wanita, yaitu hormone estrogen. Hormone estrogen yang dihasilkan oleh sel folikuler akan terganggu, siklus ovulasi juga terhenti.
Menopause secara sederhana didefinisikan terhentinya haid atau menstruasi yang biasanya dialami wanita normal setiap bulannya. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yaitu men (bulan) dan pausis (berhenti).  Wanita yang sudah menginjak masa menopause, tidak mengalami haid selama 12 bulan berturut – turut.
Usia menopause berkisar antara 45 – 55 tahun. Di negara maju, usia menopause seorang wanita berkisar pada usia 51 tahun, pada negara sedang berkembang usia menopause lebih awal yaitu berkisar pada usia 48 – 50 tahun. Perubahan kehidupan ini mengakibatkan hormon-hormon yang mengatur siklus menstruasi kadang-kadang tidak seimbang sehingga menimbulkan sindroma menopause sebagai suatu tanda dari tubuh seorang wanita, yang menggambarkan mengenai apa yang sedang terjadi dalam kehidupan setengah baya.
Menopause menyebabkan terhentinya produksi hormone estrogen yang akan menimbulkan masalah pada sistim urogenital wanita. Keluhan sistim urogenital tersebut menyebabkan gangguan psikis dan psikososial. Sehingga membuat para wanita menopause terganggu dalam kegiatan sehari – hari.
Oleh karena itu, supaya wanita dapat hidup sehat dan kreatif meskipun dalam masa menopause, dilakukan hormone replacement therapy atau terapi sulih hormone yang mengkombinasikan estrogen dan progesterone atau hanya estrogen saja.

B.       Rumusan Masalah
1.         Menjelaskan pengertian terapi sulih hormone ? 
2.         Mengetahui pembagian terapi sulih hormone ?
3.         Mengetahui Indikasi pemakaian terapi sulih hormone ?
4.         Mengetahui kontraindikasi pemakaian terapi sulih hormone ?
5.         Mengetahui komplikasi terapi sulih hormone ?
6.         Mengetahui konseling terapi sulih hormone ?

C.       Tujuan Penulisan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.     MENOPAUSE
1.         Definisi
Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen akibat tidak bekerjanya folikel ovarium. Sehingga untuk menentukan onset dilakukan secara retrospektif, yaitu dimulai dari amenorea spontan sampai 12 bulan kemudian. Menopause merupakan kegagalan ovarium, ditandai dengan tidak adanya estrogen, progesteron, dan androgen ovarium.
Istilah yang sering digunakan untuk membagi masa klimakterik:
a.         Premenopausal : <2 bulan sebelum menstruasi terakhir
b.        Perimenopausal: 2-12 bulan sejak menstruasi terakhir. Merupakan waktu dengan siklus menstruasi yang tidak teratur sebelum terjadi amenore, bisa terjadi bisa tidak. Beberapa ahli menyebutkan bahwa istilah perimenopause meliputi wanita pada usia 45-65 tahun.
c.         Postmenopausal: >12 bulan sejak menstruasi terakhir.
Sebuah kepustakaan menyebutkan bahwa masa klimakterik berlangsung selama 30 tahun (usia 35-65 tahun), dan dibagi menjadi 3 bagian untuk kepentingan klinis, yaitu: klimakterik awal (35-45 tahun), perimenopause (46-55 tahun) dan klimakterik akhir (56-65 tahun).6



B.     Gejala
Keluhan-keluhan pada wanita perimenopause muncul akibat suatu proses alami dari penuaan. Proses penuaan menyebabkan proses degenerasi sel-sel tubuh termasuk di dalamnya adalah organ ovarium. Fungsi ovarium yang menurun menyebabkan penurunan produksi hormon seks yaitu estrogen dan progesteron. Proses degenerasi ini menyebabkan penurunan sistem imunologi dan fungsi sel sehingga mempengaruhi sistem aktivitas siklik ke hipotalamus dan hipofisis.  Penurunan fungsi hipotalamus dan hipofisis mempengaruhi kerja saraf parasimpatis dan sistem saraf sentral yang pada akhirnya menimbulkan gangguan pada neurovegetatif, neurofisiologis, neuromotorik, dan sistem metabolik yang secara klinis muncul sebagai gejala perimenopause.

Gambar 1. Fisiologi sekresi hormon estrogen dan progesteron

Berkurang atau hilangnya estrogen dapat menyebabkan gejala vasomotor, gangguan tidur, gangguan mood, depresi, atrofi saluran kemih dan vagina, serta meningkatnya risiko kelainan kronis seperti osteoporosis, penyakit kardiovaskular dan penurunan fungsi kognitif. Gejala vasomotor merupakan keluhan terbanyak yang dilaporkan pasien. Dasar perubahan patofisiologi tersebut berkaitan dengan defisiensi estrogen yang mekanismenya telah banyak diketahui




Tidak ada komentar:

Posting Komentar